Selasa, 28 Januari 2014

Rangkaian LED Display

Rangkaian LED Display merupakan rangkaian lampu yang sering kita jumpai, baik lampu hias maupun lampu indikator. Rangkaian seperti ini biasa disebut juga dengan rangkaian LED running. Rangkaian ini biasanya dipasang pada setiap rangkaian, sehingga nantinya rangkaian tersebut dapat menyala secara bergantian dari LED yang satu ke LED yang lain. Jika ingin membuat rangkaian tersebut, dibutuhkan beberapa komponen elektronika sederhana, seperti rangkaian multivibroter stabil, rangkaian dikoder 4 ke 16 serta rangkaian pencacah 4 bit.

Untuk rangkaian ini dibuat dengan menggunakan IC LB1409, dimana IC tersebut merupakan chip IC yang didesain khusus sebagai driver LED 9 baris. Rangkaian tersebut berfungsi untuk memberikan indikator kuat sinyal pada audio, selian itu rangkaian LED display atau VU display LED IB1409 ini juga dapat dipasang pada output tiap pengatur nada atau sinyal radio, sehingga setiap tahapan dalam pengaturan nada dapat diketahui tngkat penguatan tegangan sinyal. Untuk merakit rangkaian ini, dapat dirakit dengan menggunakan PCB dengan tata letak komponen rangkaian VU yang telah di desain.

Gambar Skema Rangkaian LED Display


Rangkaian LED Display


Untuk rangkaian VU display 9 LED dapat di operasikan dengan sumber tegangan DC +12 volt dan juga dapat diberikan sinyal input dan output pengatur nada. Kuat lemahnya sinyal diberikan ke rangkaian VU display 9 LED IC IB1409 dapat di atur dengan menggunakan potensiometer PR2, lalu tegangan referensi display sinyal audio dapat ditentukan dengan menggunakan potensiometer PR1. Kedua potensiometer diperlukan agar dapat menyalakan LED yang sesuai dengan tingkat sinyal audio yang diberikan oleh rangkaian LED display atau VU display IB1409 tersebut.

Rangkaian LED display ini merupakan rangkaian satu channel, sehingga untuk menampilkan kuatnya sinyal audio stereo perlu dibuat dua unit rangkaian LED display ini. Dengan sedikit modifikasi, Anda juga dapat merakit rangkaian tersebut dengan berbagai modifikasi sesuai selera Anda. Selain itu, Anda juga dapat mengimplimentasikan indikator level sinyal untuk penerimaan audio. Demikian sedikit info mengenai rangkaian LED display kali ini, semoga dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan Anda. Baca juga artikel menarik lainnya, seperti Rangkaian Lampu Hias, Rangkaian Senter LED, Rangkain Penguat Daya dan Rangkaian Amperemeter.

Minggu, 26 Januari 2014

Rangkaian Lampu Hias

Rangkaian Lampu Hias untuk kali ini akan membahas mengenai pembuatan rangkaian lampu hias berjalan. Lampu hias berjalan sendiri merupakan sebuah rangkaian elektronika yang sering dijadikan berbagai hiasan. Pada dasarnya, samua lampu hias menggunakan prinsip kerja yang sama dengan lampu berjalan pada umumnya, yaitu memanfaatkan kondisi keluaran yang bergantian atau shift register, sehingga dengan kondisi tersebut dapat dibuat kombinasi yang cukup bervariasi antara lampu yang satu dengan yang lainnya. Sebenarnya untuk membuat rangkaian ini sangatlah mudah, Anda tak perlu berpikir keras untuk menganlisa kerja pada rangkaian untuk menghasilkan hasil yang maksimal.

Yang dibutuhkan pertama kali adalah rangkaian penghasil sinyal clock dan juga rangkaian penghasil keluaran atau sift register yang bergantian. Anda dapat menggunakan oscilator transistor atau dapat juga menggunakan rangkaian astable IC 555 sebagai penghsil sinyal clock. Untuk mendapatkan keluaran yang memiliki logika bergilir, dapat juga menggunakan IC 4017 yang memang paling sering digunakan dalam rangkaian lampu hias berjalan. IC 4017 sendiri memiliki 10 keluran yang tercacah secara bergiliran, yaitu mulai dari O0 (pin 3) hingga O9 (pin 11).

Rangkaian Lampu Hias

Contoh Skema Rangkaian Lampu Hias


Rangkaian lampu hias berjalan ini menggunakan sepuluh buah lampu led yang digunakan sebagai indicator keluaran. Untuk cepat tidaknya kedipan lampu ditentukan oleh nilai dari R1, C1 serta VR1. Semakin besar nilai tersebut, maka akan semakin panjang jangka waktu dan begitu pula sebaliknya. Keluaran dari IC 4017 ini memiliki supply arus yang terbatas sehingga harus ditambahkan dengan rangkaian driver sebagai switching pada arus beban yang lebih besar. Selain itu, pada rangkaian lampu hias ini, rangkaian driver tersebut bisa menggunakan transistor, relay maupun SCR.

Apabila menggunakan SCR, maka terlebih dahulu menyearahkan supply PLN 220 volt dengan menggunakan rangkaian penyearah, selain itu dapat pula menggunakan dioda 4007 sebanyak empat buah untuk membuat rangkaian penyearah tersebut. Namun apabila menggunakan relay, maka tidak perlu menyearahkan dari tegangan jala-jala 220 volt. Demikian sedikit ulasan mengenai rangkaian lampu hias khususnya lampu hias jalan, semoga dapat menginspirasi Anda. Baca juga rangkaian menarik lainnya, seperti Rangkaian Senter LED, Rangkaian Penguat Daya, Rangkaian Amperemeter dan Skema Rangkaian TV.

Rangkaian Senter LED

Rangkaian Senter LED untuk saat ini memang menjadi lampu paling trendi, cahaya terang dengan warna putih yang dihasilkannya memang menjadi isu di masa depan untuk menggunakan peralatan rumah yang mewajibkan ramah lingkungan, biak berupa bahan dasar maupun setelah masa pakai habis. LED sendiri termasuk dalam jenis dioda semi konduktor yang hingga saat ini banyak digunakan di dunia elektronika, terutama digunakan sebagai indikator. Dan seiring dengan perkembangan waktu, kini LED banyak digunakan sebagai penerangan pengganti lampu neon maupun lampu pijar yang membutuhkan daya yang cukup besar. Selain dinilai lebih awet, daya yang dibutuhkan LED jauh lebih kecil sehingga sangat hemat terhadap penggunaan energi listrik.

Rangkaian Senter LED

Contoh Skema Rangkaian Senter LED


Berbeda halnya dengan lampu pijar ataupun lampu neon, LED memiliki kecenderungan plorarisasi yang memiliki kutub positif dan kutub negatif, sehingga apabila ingin menghidupkan lampu LED harus diberi arus maju (forward). Pada rangkaian senter LED ini, apabila diberi arus terbalik (reverse) maka chip yang terdapat di dalam LED tidak akan mengeluarkan emisi cahaya, bahkan apabila tegangan terlalu besar akan menyebabkan senter LED tersebut akan rusak. Tak hanya itu, walaupun LED diberikan arus maju akan tetapi arusnya terlalu besar maka LED juga akan cepat rusak. Maka dibutuhkan tahanan (resistor) untuk membatasi arus. Setiap warna pada LED memiliki karakteristik tersendiri, seperti besarnya drop tegangan dan arus yang dibutuhkan untuk membuat chip yang terdapat di dalam LED menghasilkan emisi cahaya.

Semakin tinggi terang yang dihasilkan oleh jenis LED, maka semakin besar pula drop tegangan dan arus yang dibutuhkannya. Karena perbedaan karakteristik itulah, maka membuat rangkaian seri agar LED menyala dengan normal. Namun cukup sulit, pasalnya besarnya cahaya yang dihasilkan akan mengalami perbedaan, bahkan pada setiap bagian lampu LED dapat tidak menyala atau redup. Untuk mencegah hal tersebut terjadi, LED yang berwarna beda harus dipasang secara paralel dengan resistor pembatas yang disesuaikan dengan kebutuhan arus pada LED. Demikian info mengenai rangkaian senter LED kali ini, semoga dapat bermanfaat bagi Anda semua. Baca juga rangkaian menarik lainnya, seperti Rangkaian Penguat Daya, Rangkaian Amperemeter, Skema Rangkaian TV dan Rangkaian KWH Meter.

Jumat, 24 Januari 2014

Rangkaian Penguat Daya

Rangkaian Penguat Daya merupakan suatu rangkaian yang digunakan untuk menguatkan atau memperbesar sinyal masukan. Akan tetapi, proses yang terjadi sebenarnya adalah sinyal input direplika atau di copy lalu kemudian direka kembali menjadi sebuah sinyal yang lebih besar dan tentunya lebih kuat. Penguat daya biasanya digunakan pada rangkaian elektronika sebagai penguat sinyal informasi sebelum dikirmkan, sehingga penguat daya ini sangat penting, mengingat informasi yang dikirimkan dapat langsung sampai ke tujuan tanpa ada yang terhilang di tengah jalan.

Salah satu contoh yaitu penguat daya audio (power aplifier) yang merupakan pesawat elektronika yang memiliki fungsi sebagai penguat sinyal suara yang berasal dari tape recorder, radio, CD player, preamp mic atau sebagainya. Pada saat tertentu alat elektronika tersebut nantinya akan mengalami penurunan akibat seringa digunakan atau lainnya, penurunan tersebut dapat berupa kekuatan suara yang keluar dari perangkat tersebut. Agar pada rangkaian penguat daya kembali memiliki output besar, maka harus didorong dengan perangkat tambahan.

Rangkaian Penguat Daya

Gambar Skema Rangkaian Penguat Daya


Hal tersebut tentunya membutuhkan power amplifier atau penguat daya. Dengan menggunakan penguat daya 50 watt dirancang berdasarkan diagram aplikasi lembar data LM3876. Beberapa modifikasi dari rangkaian tersebut telah dibuat agar nantinya menghasilkan kinerja yang lebih baik. Untuk rangkaian penguat daya ini dibekali dengan bipolar kapasitor elektrolitik C7 yang merupakan masukan dari DC kapasitor decoupling. R4 merupakan resistansi masukan, sedangkan R2 dan R1 dari kapasitor elektrolitik bipolar C5 membentuk rangkaian umpan balik.

Untuk C1, C2 merupakan filter / by pass kapasitor untuk rel pasokan positif, sedangkan pada C4 dan C3 adalah filter / by pass kapaistor untuk suplay negatif. Resistor mengumpan balik R2 dan menetapkan gain dari penguat. Sedangkan L1 memberikan impedansi tinggi terhadap frekuensi yang tinggi, sehingga R7 dapat memisahkan beban kapasitif. Untuk R3 adalah resistansi bisu yang dapat memungkinkan 0,5 mA yang dapat di tarik dari pin 8 untuk dapat mengaktifkan fungsi bisu OFF. S1 adalah saklar bisu, sedangkan resistor R6 dan kapasitor K8 membentuk jaringan Zobel yang dapat meningkatkan stabilitas frekuensi tinggi penguat dan tentu saja mencegah osilasi. Demikian sedikit info mengenai rangkaian penguat daya, semoga membantu. Baca juga artikel menarik lainnya, seperti Rangkaian Amperemeter, Skema Rangkaian TV, Rangkaian KWH Meter dan Rangkaian Induktor.

Rangkaian Amperemeter

Rangkaian Amperemeter merupakan alat yang dapat mengukur kuat arus. Bagian terpenting dari rangkaian ini yaitu kehadiran galvanometer. Galvanometer sendiri bekerja dengan prinsip gaya antara medan magnet dan juga kumparan arus. Galvanometer dapat digunakan langsung untuk mengukur kuat arus searah yang kecil. Amperemeter tersusun atas mikroamperemeter dan shunt, mikroamperemeter sendiri memiliki fungsi untuk mendeteksi ada tidaknya suatu arus yang melalui rangkaian karena nilai kuat arus yang kecil pun dapat dideteksi. Untuk dapat mengukur arus yang kuat dibantu dengan hambatan shunt, sehingga kemampuan mengukurnya disesuaikan dengan perkiraan arus yang ada.

Amperemeter sendiri bekerja berdasarkan prinsip gaya magnetik (Gaya Lorentz) saat arus mengalir melalui kumparan yang dilungkupi oleh medan magnet maka timbul gaya Lorentz yang menggerakkan jarum jam penunjuk menyimpang. Besar gaya sesuai dengan prinsip Gaya Lorentz yaitu F = B.I.L. Pada rangkaian amperemeter dapat ditingkatkan kemampuannya dengan memasang hambatan shunt secara paralel terhadap amperemeter. Untuk besar hambatan shunt tergantung pada berapa kali kemampuannya ditingkatkan. Sensitivitas arus skala penuh, Im, dari galvanometer merupakan arus yang memang dibutuhkan agar menyimpang secara penuh.

Rangkaian Amperemeter

Contoh Skema Rangkaian Amperemeter


Apabila sensitivitas Im adalah 50 mA, maka arus 50 mA akan menyebabkan jarum akan bergerak menuju ujung skala, sedangkan pada arus 25 mA menyebabkan jarum menyimpang setengah skala penuh. Apabila tidak ada arus, jarum seharusnya berada di titik nol dan biasanya terdapat tombol pemutar untuk memutar skala titik nol. Galvanometer juga dapat digunakan secara langsung untuk mengukur arus DC kecil. Untuk rangkaian amperemeter ini, apabila akan mengukur arus yang lebih besar, sebuah resistor dipasang secara paralel dengan galvanometer agar terjadi pembagian arus antara yang melewati galvanometer dan yang melawati hambatan shunt.

RA merupakan hambatan kumparan yang terdapat pada galvanometer, sedangkan untuk RS merupakan hambatan shunt yang berguna untuk membatasi arus yang menuju pada galvanometer. Semakin besar arus yang melewati kumparan, maka semakin besar pula simpangan pada galvanometer. Demikian sedikit info mengenai rangkaian amperemeter, semoga dapat membantu. Baca juga artikel menarik lainnya, seperti Skema Rangkaian TV, Rangkaian KWH Meter, Rangkaian Induktor dan Rangkaian Termometer Digital.

Kamis, 23 Januari 2014

Skema Rangkaian TV

Skema Rangkaian TV tidak dapat dipisahkan dari gambar yang biasa kita lihat dilayar kaca, yang merupakan hasil dari produksi sebuah kamera. Objek gambar yang dihasilkan tersebut ditangkap dengan lensa kamera dan dipisahkan menjadi tiga warna dasar, yaitu merah (R = red), hijau (G = Green), biru (B = Blue). Dari hasil tersebut dipancarkan oleh televisi (transmitter) yang berupa sinyal cromynance, sinyal luminance serta syncronisasi. Nantinya sinyal listrik yang diterima akan diterima menjadi objek gambar utuh yang sesuai dengan objek yang ditransmisikan. Selain gambar, pemancar TV juga membawa sinyal suara yang dutransmisikan bersama dengan sinyak gambar. Kelompok frekuensi yang ditetapkan bagi sebuah stasiun pemancar untuk transmisi sinyal, disebut dengan saluran (channel).

Gambar Skema Rangkaian TV


Skema Rangkaian TV


Masing-masing memiliki sebuah saluran 6 MHz dalam salah satu bidang frekuensi (band) yang dialokasikan untuk penyiaran TV komersial, antara lain : VHF bidang frekuensi rendah dengan saluran 2 hingga 6 (54 – 88 MHz), VHF bidang frekuensi tinggi saluran 7 hingga 13 (174 – 216 MHz) dan UHF saluran 14 hingga 83 (470 – 890 MHz). Pada Skema rangkaian TV terdapat 3 sistem pemancar TV, yaitu National Television System Committee (NTSC) yang digunakan USA, Phases Alternating Line (PAL) digunakan Inggris, serta Sequential Couleur a’Memorie (SECAM) digunakan Perancis. Untuk prinsip kerja penerima TV tergantung pada merk yang digunakan, namun secara garis besar blok-blok tersebut memiliki fungsi sebagai berikut : Pertama, Antena TV untuk menangkap sinyal Rf dari pemancar televisi, dan diklasifikasikan menjadi tiga bagian, yaitu Antena Yagi, Antena Perioda Logaritmis, dan Antena Lup.

Yang kedua Rangkaian Penala (Tuner), yang terdiri dari frekuensi tinggi (penguat HF), pencampur (mixer) dan osilator local. Ketiga, Rangkaian penguat IF (Intermediate Frequency) yang berfungsi sebagai penguat sinyal. Keempat, Rangkaian detektor video, berfungsi pendekti sinyal video komposit yang keluar dari penguat IF gambar. Selanjutnya, Rangkaian penguat video yang berfungsi sebagai penguat sinyal luminan yang berasal dari detector video. Kemudian rangkaian AGC (Automatic Gain Control) yang berfungsi untuk menstabilkan sendiri input sinyal televisi yang berubah-ubah sehingga outpun yang dihasilkan tidak tetap atau konstan. Demikian beberapa rangkaian yang terdapat pada skema rangkaian TV, semoga bermanfaat. Lihat juga artikel menarik lainnya, seperti Rangkaian KWH Meter, Rangkaian Induktor, Rangkaian Termometer Digital dan Rangkaian Soft Start.

Senin, 20 Januari 2014

Rangkaian KWH Meter

Rangkaian KWH Meter yang saat ini paling banyak digunakan di tengah-tengah masyarakat yaitu KWH meter satu fasa. Untuk KWH tersebut dapat digunakan untuk mengukur energi arus bolak-balik, selain itu alat ini juga dapat digunakan untuk mengetahui besarnya daya nyata atau daya aktif. Pada alat tersebut terdapat kumparan dan juga kumparan arus sehingga cara penyambungan watt yang pada umumnya merupakan kombinasi cara penyambungan voltmeter dan amperemeter. Untuk KWH meter dengan satu fasa, kumparan arus dihubungkan secara seri dengan jala-jala, dan kumparan tegangan dihubungkan secara paralel.

Untuk kedua kumparan yang dililitkan pada sebuah kerangka logam dengan desain yang khusus melengkapi dua rangkaian magnet. Terdapat sebuah piringan ringan yang digantung di dalam senjang udara medan kumparan arus yang menyebabkan arus pusar di dalam piringan mengalir. Pada rangkaian KWH meter ini, reaksi arus pusar dan juga kumparan tegangan membangkitkan sebuah torsi terhadap piringan yang menyebabkannya berputar. Torsi yang dibangkitkan oleh rangkaian ini sebanding dengan kuat medan kumparan arus pusar dan tegangan di dalam piringan yang berturut-turut adalah fungsi yang kuat dari medan kumparan arus.

Gambar Skema Rangkaian KWH Meter


Rangkaian KWH Meter


Redaman piringan diberikan oleh dua medan magnet permanen kecil yang diletakkan secara berhadapan pada sisi piringan. Apabila piringan berputar, maka magnet permanen mengindusir arus pusar didalamnya. Arus pusar inilah yang bereaksi dengan medan magnet dari magnet-magnet permanen kecil dan meredam gerakan pada piringan. Kalibrasi yang dilakukan rangkaian KWH meter dilakukan pada kondisi beban penuh dan di ijinkan serta pada kondisi 10% dari beban yang di ijinkan.

Terdapat beberapa bagian pada KWH meter tipe induksi dan magnetik, diantaranya kumparan tegangan yang dihubungkan secara paralel dengan beban. Kumparan arus yang dihubungkan secara seri dengan beban. Stator. Piringan aluminium rotor, Rotir Brakes Magnets, Spindle dengan worm gear serta display dial : 1/10, 10 dan 1000, 1, 100 dan 10000, dial berputar searah jarum jam. Masing-masing fasa alat ukur KWH memiliki rangkaian magnetik dan piringan sendiri, namun semua piringan dijumlahkan secara mekanis dan putaran total permenit dari poros sebanding energi total tiga fasa yang digunakan. Demikian ulasan mengenai rangkaian KWH meter, semoga dapat membantu. Lihat juga artikel menarik lainnya, seperti Rangkaian Induktor, Rangkaian Termometer Digital, Rangkaian Soft Start dan Rangkaian Lampu Mobil.

Rangkaian Induktor

Rangkaian Induktor merupakan suatu rangkaian untuk melawan flutuasi arus yang melewatinya yang cara kerjanya berdasarkan induksi magnet. Induktor juga biasa disebut dengan spul yang dibuat dari bahan kawat beremail tipis. Induktor atau kumparan merupakan salah satu komponen pasif elektronika yang dapat menghasilkan medan magnet apabila di aliri oleh arus listrik, dan sebaliknya dapat mengasilkan listrik apabila ia diberi medan magnet. Pada umumnya, induktor dibuat dengan bahan kawat penghantar tembaga yang dibentuk menjadi lilitan atau kumparan. Untuk satuan induktansinya disebut dengan h = henry, mh = mili henry, uh = mikro henry, nh = nano henry, dengan notasi penulisan huruf I.

Gambar Skema Rangkaian Induktor


Rangkaian Induktor

Dilihat dari berbagai fungsi dari induktor, terdapat bermacam-macam jenis induktor antara laian , induktor dengan inti isolator lalu induktor dengan inti udara kemudian induktor dengan perubahan inti, dan induktor dengan inti besi. Untuk induktor dengan bahan inti besi disebut juga dengan elektromagnet. Selain itu, pada rangkaian induktor ini memiliki sifat menahan arus AC (bolak-balik) dan konduktif terhadap arus DC (searah). Dari keempat fungsi tersebut, terdapat dua macam rangkaian induktor, yaitu rangkaian seri dengan rumus Lt = L1 + L2 + L3, dan rangkaian paralel dengan rumus 1/Lt = 1/L1 + 1/L2 + 1/L3. Selain memiliki sifat-sifat khusus, induktor juga memiliki sifat-sifat tersendiri, diantaranya pertama induktor memiliki sifat dapat menyimpan energi dalam bentuk medan magnet.

Kedua, apabila konduktor dipasang pada arus DC/konstan, maka tegangan sama dengan nol (0), sehingga induktor bertindak sebagai short circuit/ rangkaian singkat. Pada saat kita megalirkan arus listrik, maka terjadilah garis-garis gaya magnet. Dan apabila kita mengalirkan arus listrik melalui coil (kumparan) atau spul yang dibuat dari kabel yang digulung, maka akan terjadi garis-garis gaya dalam arah yang sama membangkitkan medan magnet. Kekuatan pada medan magnet sama dengan jumlah garis gaya magnet dan berbanding lurus dengan hasil kali dari jumlah gulungan pada kumparan dan arus listrik yang melalui kumparan tersebut. Demikian sedikit info mengenai rangkaian induktor kali ini, semoga bermanfaat. Baca juga artikel menarik lainnya, seperti Rangkaian Termometer Digital, Rangkaian Soft Start, Rangkaian Lampu Mobil dan Konsep Rangkaian Listrik.

Minggu, 19 Januari 2014

Rangkaian Termometer Digital

Rangkaian Termometer Digital atau dengan menggunakan Microcontroller merupakan rangkaian thermometer digital yang dibagun dengan microcontroller AT89C4051. Dengan menggunakan rangkaian dapat mengukur temperatur suatu objek atau ruangan dengan range temperatur 0 hingga 100.0 0C. Selain itu, rangkaian ini juga menggunakan temperatur yang berupa IC LM35. Thermometer digital ini juga dapat beroperasi dalam mode pengukuran suhu dalam celcius (0C), serta pula menggunakan pengolah data berupa mikrokontroler AT89C4051. Sedangkan untuk sensor suhu yang digunakan pada rangkaian ini yaitu dengan menggunakan sensor suhu LM35D.

Pada sistem penampil datanya, rangkaian elektronika ini telah menggunakan penampil data pengukuran suhu dengan tampilan LCD 1 baris, dengan menampilkan data pengukuran suhu dengan resolusi 0.1 0C. Pada rangkaian termometer digital dengan menggunakan pengukuran sensor suhu LM35D tersebut (level tegangan) kemudian diubah menjadi data bilangan biner 4 bit dengan menggunakan ADC CA3162. Setelah itu, data 4 bit tersebut di oleh oleh mikrokontroler AT89C4951 sehingga menjadi suatu operasi pengukuran suhu yang sesuai engan kaidah dari thermometer digital.

Gambar Skema Rangkaian Termometer Digital


Rangkaian Termometer Digital


Untuk tahap terakhir pada rangkaian dari thermometer ini adalah penampilan data digital dengan pengukuran suhu dengan menggunakan penampil data berupa LCD 1 baris. Pada sirkuit termometer, dioda (1S1588) atau sensor (S8100) digunakan sebagai sensor termo, sedangkan apabila menggunakan IC sensor termo, thermometry ke +100 0C dari -40 0C adalah mungkin. Untuk rangkaian termometer digital ini menggunakan sirkuit dioda sebagai sensor thermo untuk mengukur lebih 100 0C. ICL7136 digunakan sebagai termometer serta mengukur perubahan tegangan pada menit arah maju dioda dengan suhu.

Untuk angka 3 hingga 1/2 liquid crystal display (SP521PR) digunakan sebagai layar, dengan angka yang paling signifikan dapat menampilkan hanya angka “1”. Untuk konsumsi daya listrik dari ICL 7136 sangatlah kecil dan memungkinkan untuk beroperasi selama kurang lebih 3 bualan secara terus-menerus dengan sel 9-V. Apabila menggunakan pasokan 5-V listrik, dengan resistor sebanyak 10K-Ohm maka harus dimasukkan kedalam seri untuk mencegah adanya arus listrik besar yang mengalirkedalam kasus sirkuit pendek. Demikian sedikit info mengenai rangkaian termometer digital, dan semoga bermanfaat bagi Anda semua. Baca juga artikel menarik lainnya, seperti Rangkaian Soft Start, Rangkaian Lampu Mobil, Konsep Rangkaian Listrik dan Rangkaian Penguat Bass.

Rabu, 15 Januari 2014

Rangkaian Soft Start

Rangkaian Soft Start memiliki fungsi dalam mengalirkan tegangan ke beban dengan daya besar secara perlahan. Untuk rangkaian soft start pada TV memang terkadang tidak dilengkapi dengan rangkaian start lunak atau yang biasa disebut dengan soft start. Dengan tidak adanya rangkaian tersebut dapat mengakibatkan arus start awal menjadi sangat tinggi pada saat TV dinyalakan. Bila keadaan tersebut terjadi, dapat di atasi dengan cukup mudah hanya dengan menggunakan rangkaian soft start TV yang dapat dengan mudah kita buat sendiri dengan menggunakan komponen yang cukup sederhana.

Rangkaian Elektronika yang satu ini merupakan rangkaian aktif yang dibangun oleh dua transistor bipolar yakni Q1 dan Q2. Dimana Q1 dan Q2 masing-masing adalah 2SC1815 dan 2SC2331. Pada rangkaian soft start pada TV pertama kali dinyalakan, maka arus sesaat yang datang akan ditahan oleh resistor 39 ohm/15 watt yang mengalir menuju rangkaian, dan menyalakan TV dan tentu saja termasuk pula fly back nya. Selanjutnya pada saat FBT menyala dan dengan segera atau sekitar 1 hingga 2 detik rangkaian soft starter bekerja dengan mengaktifkan sakelar Relay (RL – NO) sehingga rangkaian TV akan langsung terhubung ke listrik jala-jala dengan tanpa penahan resistor 39 Ohm/watt.

Rangkaian Soft Start



Gambar Skema Rangkaian Soft Start


Rangkaian soft starter tersebut juga dapat difungsikan pada peralatan listrik atau elektronik lainnya. Untuk komponen yang menentukan tahan tidaknya suatu komponen dari rangkaian soft start pada TV adalah kehadiran Relay (RL). Dengan adanya Relay (RL) nantinya harus dipilih komponen yang memang benar-benar berkualitas untuk relay tersebut. Untuk Relay, dapat dipilih sesuai jenisnya, relay 12 Vdc sakelar tunggal Normaly Open (NO) yang memiliki arus pen-sakelaran 5 hingga 10 ampere AC.

Untuk jenis Relay semacam itu, biasanya digunakan khusus untuk rangkaian soft start televisi. Namun biasanya pada TV merk China tidak terdapat rangakaian seperti ini, hal ini mengakibatkan arus start awal pada saat TV dinyalakan menjadi sangat tinggi. Semoga ulasan mengenai rangkaian soft start kali dapat bermafaat bagi Anda semua. Baca juga rangkaian menarik lainnya, seperti Rangkaian Lampu Mobil, Konsep Rangkaian Listrik, Rangkaian Penguat Bass dan Rangkaian Lampu Darurat.

Rangkaian Lampu Mobil

Rangkaian Lampu Mobil memang sangat penting dan merupakan keharusan yang harus terpasang pada mobil kita. Dan untuk kali ini kita akan membahas mengenai rangkaian lampu kilat yang sangat sederhana untuk mobil Anda. Dengan menggunakan rangkaian lampu kilat sederhana, mobil kita akan tampak lebih cantik, hal ini karena rangkaian yang dipasang memang terlihat sebagai asesoris. Selain itu, dengan menggunakan rangkaian ini akan menjadikan mobil Anda memiliki sistem penerangan yang lebih baik. Untuk rangkaian yang satu ini menunjukkan bagaimana menggabungkan atau mengkombinasikan LED biru dan juga LED putih yang dapat digunakan untuk memberikan imitasi realistis dari sebuah lampu kilat kamera.

Rangkaian Lampu Mobil



Gambar Skema Rangkaian Lampu Mobil


Selain itu pula, IC 555 ternyata dapat pula digunakan dalam banyak hal, dan mungkin saja Anda belum melihatnya, yaitu pergantian mono-stabil atau astabil dengan tanpa terlalu banyak proses pada bagian eksternal. Rangkaian lampu mobil dengan metode lampu kilat ini cocok bagi Anda yang senang memodifikasi kendaraan, dan khususnya mobil. Rangkaian lampu kilat ini juga dapat dijadikan sebagai ornamen atau juga dijadikan sebagai aksesoris. Untuk prinsip kerja pada rangkaian ini adalah, pada mulanya C3 akan kosong, menarik pin output 3-12 V lalu menyebabkan LED biru, D1 bersinar melalui R3. Kemudian C3 akan mengisi melalui R2, dan sementara itu c1 telah membangun muatan melalui R1 dan juga D3. Jika pada tegangan C3 mencapai sekitar 8 V (atau dua pertiga dari 12 V), maka pin 3 dari 555 akan menjadi turun rendah.

Begitu juga pin 7, meyebabkan LED putih bercahaya dan menarik energi dari C1. Energi tersebut turun dengan cepat dan menyebabkan D2 meredup kan cahaya pada mode eksponensial, sama seperti pada lampu kilat kamera. Karena terjadi penurunan dari output 555, maka tegangan pada C3 juga mengalami penurunan. Namun dapat segera bertambah setelah pada tingkat 4 V tercapai (sepertiga dari 12 V) siklus seperti di atas terulang. Resistor R4 membatasi arus melalui IC 555 pada tingkatan aman, dan sejumlah LED biru dapat dihubungkan secara seri.

Demikian penjelasan singkat mengenai rangkaian lampu mobil, semoga rangkaian kali ini dapat berguna dan bermanfaat bagi anda semua. Baca juga artikel menarik lainnya, seperti Konsep Rangkaian Listrik, Rangkaian Penguat Bass, Rangkaian Lampu Darurat dan Rangkaian Dioda Zener.

Konsep Rangkaian Listrik

Konsep Rangkaian Listrik merupakan hal yang sering kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari, dan hampir disemua kegiatan atau aktivitas kita, semua menggunakan listrik. Jadi tak dapat dipungkiri lagi bahwa kita masih tergatung pada listrik, lalu salah satu hal pokok yang terkait dengan listrik yaitu rangkaian listrik. Rangkaian listrik sendiri adalah kumpulan elemen atau komponen listrik yang saling berhubungan dengan cara-cara tertentu dan yang paling penting yaitu memiliki satu lintasan tertutup. Pembatasan terhadap atau komponen listrik pada rangkaian dapat dikelompokkan kedalam elemen atau juga dalam komponen aktif dan pasif.

Elemen aktif merupakan elemen yang menghasilkan sumber energi yang berupa teganan serta sumber arus. Sedangkan untuk elemn pasif yaitu elemen yang tak dapat menghasilkan energi, dan dapat dikelompokkan menjadi elemen yang hanya menyerap energi yang disebut juga dengan resistor atau tahanan/hambatan dengan simbol R. Untuk komponen listrik yang terkait langsung pada konsep rangkaian listrik diantaranya elemen listrik dua terminal dan elemen listrik lebih dari dua terminal. Pada elemen listrik dua terminal terdapat beberapa komponen, diantaranya sumber tegangan, sumber arus, resistor (R), Induktor (L), dan kapasitor (C). Sedangkan pada elemen lebih dari dua terminal hanya terdapat transistor serta Op-amplifier.

Konsep Rangkaian Listrik

Contoh Gambar Konsep Rangkaian Listrik


Berbicara tentang rangkaian listrik, tentu saja tak lepas dari pengertian rangkaian itu sendiri, dimana rangkaian merupakan interkoneksi dari sekumpulan komponen atau elemen penyusunnya ditambah dengan rangkaian penghubung yang tersusun dengan cara tertentu dan minimal memiliki satu lintasan tertutup. Yang dimaksud dengan lintasan tertutup yaitu satu lintasan pada saat kita mulai dari titik yang dimaksud kemudian kembali kepada titik tersebut tanpa terputus yang tentu tidak memandang seberapa jauh atau dekat lintasan yang telah ditempuh. Rangkaian listrik sendiri merupakan sebuah dasar dari teori pada rangkaian teknik elektro yang tentu saja menjadi dasar bagi ilmu lainnya, semisal elektronika, sistem daya, putaran mesin, sistem komputer, serta teori control.

Demikian penjelasan singkat mengenai konsep rangkaian listrik, semoga artikel kali ini dapat berguna dan bermanfaat bagi anda semua. Baca juga artikel menarik lainnya, seperti Rangkaian Penguat Bass, Rangkaian Lampu Darurat, Rangkaian Dioda Zener dan Rangkaian Alarm Kebakaran.

Selasa, 14 Januari 2014

Rangkaian Penguat Bass

Rangkaian Penguat Bass biasa digunakan pada amplifier atau sejenisnya. Rangkaian ini berfungsi sebagai penguat sinyal suara bass serta meloloskan suara treble tanpa peredamanan dan penguatan. Sebenarnya, rangakaian ini juga memiliki kesamaan atau prinsip kerja yang sama dengan rangkaian peredam treble, namun pada rangkaian penguat bass ini sinyal pada treble tidak diredam menjadi 0 volt, melainkan sama halnya dengan input, lalu sinyal bass yang sebelumnya diloloskan, kini diperkuat dengan nilai penguatan sesuai keinginan.

Untuk tata letak antar komponen, juga memiliki kesamaan dengan rangkaian peredam treble, kapasitor dipasang secara paralel dengan jalur input op-amp untuk memastikan op-amp lebih memperkuat sinyal yang berfrekuensi rendah dibandingkan dengan frekuensi rendah. Untuk desain rangkaian penguat bass yang akan digunakan, akan mengadopsi sirkuit topologi untuk amplifier dengan menggunakan catu daya tunggal berkisar 60 V serta kapasitor coupling untuk speaker. Selain itu, rangkaian ini juga dapat digunakan pada amplifier gitar.

Gambar Skema Rangkaian Penguat Bass


rangkaian penguat bass


Memang secara teori tak semudah penjelasan yang telah dipaparkan di atas, karena pada setiap komponen memiliki pengaruh besar terhadap karakteristik hasil proses. Pada gambar sinyal grafik, sinyal suara bass diperkuat sampai beberapa kali penguatan, sedangkan untuk sinyal treble tidak mengalami sedikitpun penguatan atau penurunan amplitudo. Sinyal input sendiri berasal dari dua buah alat pembangkit sinyal sinus yang memiliki frekuensi berbeda serta amplitudo yang sama, yaitu 1 volt. Pada rangkaian penguat bass, saat saklar menghubungkan dengan input sinyal frekuensi rendah atau sinyal pada suara bass, maka sinyal tersebut mengalami penguatan dengan hasil puncak tegangan mendekati 6 volt.

Sedangkan pada saat sinyal frekuensi tinggi, tegangan puncak dari sinyal output sekitar 2 volt atau mendekati pada nilai dari Vpuncak dari 1 volt, yaitu 1V2 volt. Demikian kesimpulan dari cara kerja rangkaian sederhana ini, anda dapat menarik kesimpulan berdasarkan angka-angka pasti dari setiap kondisi dalam melakukan pengukuran pada setiap rangkaian. Demikian rangkaian penguat bass sederhana yang dapat Anda jadikan solusi apabila suatu saat Anda memiliki peralatan soundsystem yang kurang puas.

Demikian penjelasan singkat tentang rangkaian penguat bass, semoga rangkaian kali ini dapat berguna dan bermanfaat bagi anda semua. Baca juga artikel menarik lainnya, seperti Rangkaian Lampu Darurat, Rangkaian Dioda Zener, Rangkaian Alarm Kebakaran dan Rangkaian Analog.

Rangkaian Lampu Darurat

Rangkaian Lampu Darurat sebenarnya tak sesulit seperti yang kita bayangkan. Dengan biaya yang tak terlalu mahal, fungsi dari rangkaian lampu darurat pun memiliki banyak keunggulan. Dengan rangkaian yang sangat sederhana ini, mampu menghidupkan lampu neon hingga 40 watt. Dengan begitu, kita dapat mengendalikan keadaan apabila listrik tengah terjadi pemadaman oleh pihak PLN. Terlebih apabila kita menggunakan rangkaian lampu darurat otomatis, yang tentu saja memiliki lebih banyak keunggulan daripada lampu darurat konvensional yang memang telah lebih dahulu hadir.

Salah satu kelebihan dari rangkaian lampu darurat otomatis yaitu, pengesian baterai akan terhenti secara otomatis apabila baterai telah terisi penuh. Pada rangakain lampu darurat dengan jenis otomatis, terdapat dua bagian yaitu inverter dan charger. Pada bagian inverter dibangun oleh pewaktu NE555, sedangkan untuk bagian charger dibangun oleh regulator adjustable 3-terminal LM317. Untuk bagian inverter NE555 berfungsi sebagai multivibrator stabil yang menghasilkan gelombang/square persegi 15 kHz. Untuk output pin 3 dari IC 555 dihubungkan pada pasangan Darlington yang dibentuk oleh transistor SL100 (T1) dan juga 2N3055 (T2) dengan melalui resistor R4. Pada pasangan Darlington mengendalikan ferit trafo X1 untuk menerangi tabung cahaya. Sedangkan untuk fabrikasi inverter transmorfamator X1 menggunakan dua core ferit EE (dengan ukuran masing-masing 25 x 13 x 8 mm).

Gambar Skema Rangkaian Lampu Darurat


Rangkaian Lampu Darurat

Untuk menghubungkan tabung cahaya dengan ferit trafo X1, pendekkan pada kedua terminal masing-masing, lalu kemudian hubungkan pada sekunder X1. Selain itu, Anda juga dapat menggunakan pasangan Darlington transistor BC547 dan juga 2N6292 untuk 6W tabung cahaya dengan menggunakan transformator yang sama. Pada saat daya listrik tersedia, reset pin 4 dari IC 555 lalu di-ground-kan dengan melalui transistor T4. Pada saat listrik padam, transistor T4 tidak dapat bekerja lalu reset pin 4 untuk mendapatkan suplai positif dari resistor R3. Tegangan DC yang tidak di atur akan di umpankan ke IC LM317 (IC2). Dengan menyesuaikan pada preset VR1, tegangan pada output dapat disesuaikan, yang nantinya dapat memberikan tegangan pengisian. Rakit rangkaian lampu darurat (otomatis) pada pcb kemudian letakkan pada wadah yang cukup untuk baterai dan juga saklar, lalu hubungkan steker listrik 230V untuk tegangan pengisian pada baterai dan membuat outlet tabung 20W pada wadah beralih ke tabung cahaya.

Demikian penjelasan singkat mengenai rangkaian lampu darurat, semoga rangkaian kali ini dapat berguna dan bermanfaat bagi anda semua. Baca juga artikel menarik lainnya, seperti Rangkaian Dioda Zener, Rangkaian Alarm Kebakaran, Rangkaian Analog dan Rangkaian Walkie Talkie.

Kamis, 09 Januari 2014

Rangkaian Dioda Zener

Rangkaian Dioda Zener atau dioda zener merupakan sebuah komponen yang termasuk dalam tipe dioda dengan ciri-ciri yang cukup unik. Keunikan dari dioda jenis ini adalah mampu mengalirkan arus listrik dalam sebuah rangkaian elektronika dengan mengalirkan arus ke arah yang berlawanan apabila terjadi sebuah tegangan yang melebihi batas tegangan zener. Selain itu, dioda dengan jenis ini juga mampu menjadi stabilisator dalam sebuah rangkaian elektronika. Namun begitu, secara umum dari jenis dioda ini memiliki kesamaan dengan kebanyakan jenis dioda lainnya.

Dioda jenis ini biasanya dipasangkan secara seri dengan satu komponen resistor agar dapat menghasilkan sumber tegangan ac dengan cara pemasangan yang tebalik, yang kemudian keluaran dari dioda ini nantinya akan dibatasi sesuai dengan nilai yang terdapat pada diode tersebut. Pada rangkaian diode zener kita dapat merancang sebuah alat uji dengan memakai sebagian rangkaian dari komponen elektronik. Selain itu, kita juga dapat menggunakan alat uji dioda zener dan juga multimeter untuk mengukur dan memastikan tegangan ambang presisi pada dioda zener.

Rangkaian Dioda Zener

Gambar Skema Rangkaian Dioda Zener


Kita dapat menggunakan sebuah alat bernama voltmeter DC untuk mengetahui voltase dioda zener, dengan terlebih dahulu menyambungkan secara paralel pada dioda zener. Seperti pada gambar skema pada sebuah rangkaian alat uji diode zener dibawah ini, apabila kontak S1 ditutup, resistansi pada R1, T1 dan diode zener memberikan arus. Untuk basis resistor T1 tersambung ke catu daya melewati R4 hingga transistor beroperasi. Untuk arus zener yaitu sama dengan rasio voltase basis emitor dari Q2 serta nilai resistansi R1. Dengan tegangan suplay hingga 25 volt pada tombol aktuasi S1-S3, arus yang melewati dioda zener memiliki nilai lebih kurang 2.2,6 serta 22 Ma. Resistansi pada R2 dan R3 atau gabungan dari R1, R2, dan R3 dapat disambungkan pada area R1 dengan S2-S3 sampai melewati dioda zener arus kontan.

Demikian penjelasan singkat mengenai rangkaian dioda zener, semoga rangkaian kali ini dapat berguna dan bermanfaat bagi anda semua. Baca juga artikel menarik lainnya, seperti Rangkaian Alarm Kebakaran, Rangkaian Analog, Rangkaian Walkie Talkie dan Rangkaian LM35.

Rangkaian Alarm Kebakaran

Rangkaian Alarm Kebakaran merupakan sebuah rangkaian elektronika yang dapat difungsikan untuk mengindentifikasikan terjadinya kebakaran. Kebakaran memang dapat terjadi dimana saja karena di akibatkan beberapa hal, seperti lupa mematikan alat yang dapat menimbulkan kebakaran seperti setrika. Alarm kebakaran sendiri merupakan sebuah alat yang penting untuk dimiliki, terutama untuk daerah padat penduduk seperti komplek-komplek perumahan, sehingga apabila terjadi kebakaran dapat ketahui sejak awal. Dengan alarm kebakaran, kita dapat mencegah kebakaran lebih luas dan tentu saja dapat menyelamatkan nyawa seseorang maupun harta benda dan juga dokumen-dokumen penting dengan mengetahuinya terlebih dahulu. Alarm dapat dikatakan sebagai sebagai pesan pemberitahuan atau bunyi peringatan ketika telah terjadi satu penurunan atau penyampaian sinyal komunikasi baik data maupun ada sesuatu alat yang mengalami kerusakan.

Gambar Skema Rangkaian Alarm Kebakaran


rangkaian alarm kebakaran

Pesan ini digunakan untuk memperingatkan administrator atau operator mengenai adanya masalah pada jaringan. Terdapat banyak rangkaian alarm kebakaran yang tersedia maupun tersaji di internet, namun untuk kali ini rangkaian akan menggunakan termistor dan timer dalam memulai kerjanya. Thermistor disini menawarkan resistansi rendah pada suhu tinggi dan resistansi tinggi pada suhu yang rendah. IC 1(NE555) digunakan atau dikonfigurasikan sebagai isolator yang berjalan bebas pada frekuensi radio. Sedangkan Transistor T1 dan T2 untuk mengendalikan IC1. Output (pin 3) dari IC1 adalah pasangan basis transistor SL 100 (T3) yang mendorong speaker untuk menghasilkan suara alarm.

Frekuensi NE555 tergantung pada nilai resistansi R5 dan R6 serta kapasitas C2. Pada saat thermistor menjadi panas, memberikan jalan untuk resistansi rendah untuk tegangan positif ke basis transistor T1 dengan melalui Dioda D1 dan R2. Untuk kapasitor C1 merubah tegangan positif serta meningkatkan waktu alarm ON. Akan semakin besar nilai dari C1 maka semakin besar pula bias positif yang diterapkan pada basis transistor T1 (BC548). Kolektor T1 digabungkan dengan kaki transistor T2, sedangkan transistor T2 memberikan tegangan positif untuk reset (pin 4) dari IC1 (NE555). Rangkaian alarm kebakaran ini dapat Anda gunakan dirumah, kantor ataupun gedung untuk mengantisipasi akan terjadinya kebakaran.

Demikian penjelasan singkat mengenai rangkaian alarm kebakaran, semoga rangkaian kali ini dapat berguna dan bermanfaat bagi anda semua. Baca juga artikel rangkaian lainnya, seperti Rangkaian Analog, Rangkaian Walkie Talkie, Rangkaian LM35 dan Rangkaian Listrik Dinamis.

Senin, 06 Januari 2014

Rangkaian Analog

Rangkaian Analog merupakan salah satu jenis rangkaian di dalam perangkat atau ilmu kelistrikan dan juga elektronika. Selain rangkaian analog, ada juga rangkaian digital dan juga rangkaian hybrid yang memang selalu menjadi salah satu rangkaian yang digunakan di dalam sebuah perangkat elektronik. Rangkaian analog sendiri memiliki pengertian sebagai rangkaian di dunia elektronika yang akan disusun atau terdiri dari berbagai macam komponen listrik serta komponen elektronika dan juga komponen mekanik yang mempunyai fungsi serta tugas dan juga kegunaan tertentu dimana besaran pada input atau masukan ke dalam rangkaian tersebut akan melalui proses yang hasilnya akan berupa analog. Salah satu rangkaian atau perangkat elektronik yang menggunakan rangkaian analog adalah multimeter analog.

Gambar Skema Rangkaian Analog


Rangkaian Analog

Sementara untuk sifat dari rangkaian analog sendiri adalah:

- Berkelanjutan atau kontinyu
- Memiliki perubahan output atau keluaran yang terjadi secara perlahan – lahan hingga akhirnya terjadi perubahan
- Proses terjadinya perubahan tersebut di setiap titik pengukuran akan memiliki alur yang berbeda dan tentunya bisa menghasilkan hasil pengukuran yang berbeda pula. Hal ini tentu saja harus dilakukan dengan tidak sejalur atau tidak sealiran.
- Rangkaian ini sendiri akan menghasilkan output atau keluaran yang berbeda. Dan tentu saja harus berdasarkan posisi bacanya yang berbeda.
- Nilai komponen yang digunakan di dalam rangkaian analog ini sendiri sangat berpengaruh kepada hasil pengukuran dari rangkaian analog itu sendiri.

Sementara untuk rangkaian digital sendiri memiliki pengertian sebagai rangkaian elektronika yang akan tersusun dari berbagai macam rangkaian listrik dan juga elektronika serta rangkaian mekanik yang mempunyai tugas dan juga fungsi tertentu dimana besaran dari hasil keluaran atau output adalah kuantitas digital.

Sifat dari rangkaian digital sendiri adalah:

- Besaran dari rangkaian digital akan ditunjukkan step by step
- Di dalam rangkaian digital tersebut, setiap titik pengukuran hanya menghasilkan 2 nilai 0 dan atau 1.
- Hasil keluaran dari rangkaian digital hanya ada 1 data.
- Nilai komponen di dalam rangkaian digital tidak berpengaruh.

Demikian penjelasan singkat mengenai rangkaian analog, semoga rangkaian kali ini dapat berguna dan bermanfaat bagi anda semua. Baca juga artikel menarik lainnya, seperti Rangkaian Walkie Talkie, Rangkaian LM35, Rangkaian Listrik Dinamis dan Rangkaian Penguat Transistor.

Rangkaian Walkie Talkie

Rangkaian Walkie Talkie tentu sudah pernah anda dengar. Arti dari Walkie talkie sendiri adalah sebuah alat untuk melakukan komunikasi yang termasuk ke dalam komunikasi genggam seperti celluler yang bisa menghubungkan 2 orang atau juga lebih yang memanfaatkan dan juga menggunakan gelombang radio. Fungsi dari walkie talkie sendiri memang digunakan untuk menghubungkan ke 2 orang untuk berbicara dan juga mendengar. Rangkaian Walkie Talkie sendiri biasa disebut sebagai Two Way Radio atau radio dua arah yang bisa melakukan perbincangan secara dua arah. Rangkaian Walkie Talkie bisa berbicara dan juga mendengar lawan bicara. Rangkaian ini bisa digunakan dengan jarak radius sekitar 0,5 Km hingga 2,5 Km tanpa membutuhkan pulsa seperti halnya menggunakan telepon genggam atau juga handphone. Walkie talkie memang merupakan sebuah alat komunikasi transceiver yang mempunyai two way radio tersebut. Sehingga rangkaian ini mempunyai transmitter dan juga penerima sinyal komunikasi radio.

Rangkaian Walkie Talkie bisa anda buat dengan cara sederhana. Untuk membuat rangkaian walkie talkie ini, memang harus dibuat dua buah untuk memudahkan komunikasi. Jarak yang bisa ditempuh oleh rangkaian ini sendiri sekitar 500 meter. Sementara jika di daerah yang lowong atau di tanah lapang, dijamin rangkaian ini memiliki jangkauan yang cukup jauh.

Gambar Skema Rangkaian Walkie Talkie


Rangkaian Walkie Talkie

Berikut beberapa komponen yang bisa anda gunakan untuk membuat rangkaian Walkie Talkie :

- Komponen resistor R1 - R4 - R5 - R6 : 5 K Ohm
- Resistor R2 - R8 - R9 : 100 Ohm
- Resistor R6 : 270 K Ohm
- Komponen C1 - C2 : 20 pF
- C3 - C6 : 0,04 uF
- C4 : 0,002 MF
- C5 : 0,02 uF
- C8 : 0,005uF
- C9 : 25 uF/10V
- Tr : Trafo OT 240
- LS : loudspeaker 8 Ohm
- L1 : bekas radio SW dengan panjang sekitar 50 cm dan diameter 0,5 mm
- RFC : dengan panjang 2 cm dan diameter 0,2 mm serta jumlah lilitan 18 lilitan
- B : baterai 9 Volt DC.

Demikian penjelasan singkat mengenai rangkaian walkie talkie, semoga rangkaian kali ini dapat berguna dan bermanfaat bagi anda semua. Baca juga artikel menarik lainnya, seperti Rangkaian LM35, Rangkaian Listrik Dinamis, Rangkaian Penguat Transistor dan Rangkaian CCTV.

Rangkaian LM35

Rangkaian LM35 biasanya digunakan untuk rangkaian sensor suhu yang bisa mengubah besaran panas menjadi tegangan listrik. Pembuatan rangkaian sensor suhu ini menggunakan beberapa metode. Salah satunya dengan mengalirkan listirk di beberapa material seperti material logam. Material logam sendiri panasnya akan meningkat dan bisa meningkat jika dialiri listrik. Logam memang memiliki muatan positif dimana elektronakan bergerak bebas. Jika suhu meningkat maka elektronnya akan bergetar.

Bahan semikonduktor sendiri mempunyai sifat yang berkebalikan dengan logam. Besaran hambatannya akan menurun bila mendapatkan suhu yang besar besar. Kondisi ini memang dikarenakan oleh keadaan yang suhunya lebih tinggi dan bisa menyebabkan elektron dari berpindah ketingkatan dari yang teratas serta membuatnya bebas bergerak.

Gambar Skema Rangkaian LM35


Rangkaian LM35

Rangkaian Sensor Suhu LM35
Terdapat 4 jenis sensor suhu yang biasanya bisa ditemukan di pasaran yaitu Thermokopel, Thermistor atau Thermal Sensitive Resistor atau biasa disebut Thermal Resistor dan Resistance Temperature Detectors atau RTD dan juga IC LM 35. Rangkaian Sensor suhu lm35 merupakan slah satu jenis yang cukup terkenal dan juga mudah untuk mengaplikasikannya ke dalam rangkaian tersebut. Sumber tegangan dalam rangkaian ini bisa tunggal atau dua. Dan beberapa karakteristik dari rangkaian sensor suhu lm35 adalah :

  • Berkalibrasi langsung pd suhu dengan °C

  • Skala linearnya ± 10 mV/°C

  • Range rangkaian ini berkisar diantara + 150 °C - ( -55°C )

  • Besaran arus kurang dr 2 µA

  • Pemanasan yg rendah di sekitar 0,08°C


Salah satu rangkaian sensor suhu lm35 biasanya digunakan untuk memonitor suhu rumah kaca dan juga untuk suhu ruang di laboratorium kimia. Komponen utama yang dipasang di rangkaian ini adalah LED, Resistor Trimport atau Variabel 10 K ohm, lalu IC LM393 dan juga Resistor 470 Ohm serta komponen IC LM35. Pada komponen IC LM35 akan bertugas untuk menerima input suhu yg dialirkan ke IC LM393 yang bertugas untuk komparator yg berfungsi membagi tegangan. Output dari LM35 akan masuk ke inverting. Output yg di keluarkan oleh komparator nantinya akan dipasang LED untuk indicator.

Demikian penjelasan singkat mengenai rangkaian LM35, semoga rangkaian kali ini dapat berguna dan bermanfaat bagi anda semua. Baca juga rangkaian menarik lainnya, seperti Rangkaian Listrik Dinamis, Rangkaian Penguat Transistor, Rangkaian CCTV dan Rangkaian Sensor Ultrasonik.

Minggu, 05 Januari 2014

Rangkaian Listrik Dinamis

Rangkaian Listrik Dinamis merupakan rangkaian yang menggunakan listrik yang bisa bergerak. Cara untuk mengukur kuat arus di listrik dinamis tentu saja dengan cara mengukur besaran muatan listrik yang dibagai dengan waktu yang menggunakan besaran coulumb dan detik. Kuat arus pada rangkaian yang bercabang tentu saja sama dengan kuat arus yang masuk serta keluar. Sedangkan di rangkaian seri, kuat arus tetap sama pada ujung hambatan. Sementara untuk tegangan sendiri berbeda dengan hambatan. Pada rangkaian seri, tegangan akan bergantung kepada hambatan. Akan tetapi rangkaian bercabang, besaran tegangan tidak berpengaruh kepada besaran hambatan.

Menurut hukum Ohm, cara untuk mengukur tegangan atau besaran listrik sendiri adalah kuat arus dikalikan dengan besaran hambatan. Hambatan sendiri memiliki nilai yang sama dengan tegangan karena berbanding lurus dengan kuat arus. Tegangan mempunyai satuan V atau Volt dan kuat arus disimbokan dengan ampere atau A dan hambatan adalah ohm.

Gambar Skema Rangkaian Listrik Dinamis


Rangkaian Listrik Dinamis

Menurut Hukum Ohm, aliran arus listrik di rangkaian akan melingkar kembali ke arus. Hubungan antara arus listrik dan juga tegangan lalu hambatan sendiri memang diibaratkan seperti air yang mengalir. Tidak akan pernah berhenti dan terus mengalir. Setiap arus yang memasuki sebuah rangkaian dan juga penghantar akan selalu menemui hambatan. Hambatan tersebut akan disimbolkan dengan huruf R, sementara beda potensial akan diberi symbol V sedangkan kuat arus akan disimbolkan dengan I. Jaditerdapat rumus V = I * R

Sementara untuk besaran hambatan di suatu penghantar sendiri tidak selalu bergantung kepada beda potensial tersebut. Perbedaan potensial sendiri hanya bisa merubah kuat arus yang mengalir ke penghantar tersebut. Jika jalurnya cukup panjang, maka kuat arusnya juga dipastikan akan berkurang. Pasalnya dibutuhkan energi yang cukup besar untuk mengalirkan arus ke penghantar yang memiliki jarak yang panjang.

Sedangkan menurut Hukum Kirchoff, arus listrik yang mengalir melalui sebuah penghantar biasanya akan dinilai seperti aliran air sungai. Jika tidak bercabang, maka jumlah air akan sama. Sama halnya dengan arus listrik. Jumlah kuat arus tentu saja akan sama besar dengan jumlah kuat arus yang akan keluar dari titik tersebut. Rangkaian listrik memang selalu terhubung dan juga teraliri dalam aliran listrik. Dan tentunya rangkaian listrik dinamis ini terbagi ke dalam beberapa model. Mulai dari rangkaian listrik seri dan juga parallel serta campuran.

Demikian penjelasan singkat mengenai rangkaian listrik dinamis, semoga rangkaian kali ini dapat berguna dan bermanfaat bagi anda semua. Baca juga artikel menarik lainnya, seperti Rangkaian Penguat Transistor, Rangkaian CCTV, Rangkaian Sensor Ultrasonik dan Rangkaian AVR.

Rabu, 01 Januari 2014

Rangkaian Penguat Transistor

Rangkaian Penguat Transistor memiliki fungsi untuk memberikan perkuatan arus pada komponen transistor pada perangkat elektronika. Terdapat 3 jenis atau tipe dari rangkaian penguat transistor yang bisa anda temukan.

Gambar Skema Rangkaian Penguat Transistor


Rangkaian Penguat Transistor

Rangkaian Grounded Emitor
Rangkaian Grounded Emitor atau biasa disebut rangkaian emitor yang dihubungkan langsung dengan tanah, di dalam rangkaian tersebut sinyal input akan masuk melalui komponen basis dan juga komponen emitor. Sementara untuk sinyal output atau sinyal keluar sendiri akan melalui kolektor dan juga emitor di dalam rangkaian tersebut. Rangkaian Grounded emitor ini sering disebut juga dengan nama lain yaiktu rangkaian Common Emitor atau rangkaian Emitor bersama. Di dalam rangkaian tersebut akan terjadi penguatan arus dan juga tegangan serta akan terjadi pembalikan fase di sektor output atau sinyal keluar.

Rangkaian Grounded Basis
Rangkaian Grounded Basis atau biasa disebut rangkaian basis yang dihubungkan dengan tanah, di dalam rangkaian tersebut sinyal input atau sinyal masuk akan di alirkan melalui basis dan emitor. Sementara untuk sinyal output atau juga sinyal keluar akan dialirkan melalui kolektor dan juga basis di dalam rangkaian tersebut. Rangkaian ini sering disebut juga dengan rangkaian Common Basis atau biasa disebut rangkaian Basis bersama. Di dalam rangkaian ini akan terjadi perkuatan tegangan. Sementara perkuatan arus tidak terjadi dan juga tidak adanya proses pembalikan fase di bagian output atau sinyal keluar.

Rangkaian Grounded Colector
Rangkaian Grounded Colector atau biasa disebut rangkaian kolektor yang dihubungkan dnegan tanah, rangkaian ini memiliki sinyal input yang akan masuk melalui basis dan juga komponen kolektor. Sementara untuk sinyal output dan juga keluar akan melalui kolektor dan juga komponen emitor. Rangkaian ini sering juga disebut dengan rangkaian Common Kolektor atau Kolektor bersama. Di dalam rangkaian Grounded Colector ini hanya akan terjadi perkuatan arus saja. Sementara untuk perkuatan tegangan, tidak akan terjadi dan juga tidak terdapat di pembalikan fase pada bagian output atau sinyal keluar pada rangkaian grounded colector ini.

Demikian penjelasan singkat tentang Rangkaian Penguat Transistor, semoga rangkaian kali ini dapat berguna dan bermanfaat bagi anda semua. Baca juga artikel menarik lainnya, seperti Rangkaian CCTV, Rangkaian Sensor Ultrasonik dan Rangkaian Multivibrator.

Rangkaian CCTV

Rangkaian CCTV adalah sebuah rangkaian kamera pengawas yang memiliki fungsi untuk mengintai dan juga mematai-matai beberapa area atau daerah yang terlingkupi oleh rangkaian CCTV tersebut. Ada banyak tipe CCTV yang dijual di pasaran. Namun tentu saja memiliki harga yang cukup mahal. Namun anda bisa membuat dan merangkai sendiri rangkaian CCTV yang bisa membuat pengawasan berjalan dengan sempurna. Salah satunya adalah rangkaian CCTV yang berfungsi untuk mengontrol HP untuk diuba menjadi alat mata-mata atau rangkaian CCTV. Rangkaian ini sendiri menggunakan cara yang sangat sederhana, hanya dibutuhkan beberapa komponen untuk membuat rangkaian CCTV ini.

Beberapa komponen yang dibutuhkan adalah :
- Komponan IC PIC 16F84 yang berfungsi untuk menyimpan program spionase.hex
- Komponen resistor ( 3 buah )
- Komponen Resonator 4 MHz
- Komponen Opto Coupler PC 817
- Komponen Regulator dengan besar 5 Volt 7805
- Baterai dengan besar 9 Volt

Untuk merangkainya, di bagian depan alat akan dilengkapi dengan komponen Opto coupler PC817 yang terhubung langsung dengan kaki LED dari handphone. Sambungkan 2 kabel ke bagian LED, jika kondisi hanphone tersebut hidup, segera ukur dengan menggunakan alat yang bernama multimeter untuk menentukan kabel positif ( + ) dan juga kabel negatif ( - ) yang terdapat di dalam bagian LED tersebut.

Gambar Skema Rangkaian CCTV


Rangkaian CCTV


Komponen Opto coupler yang kedua di bagian pada outputnya akan dihubungkan dengan tombol guna mengangkat handphone jika ada panggilan atau message yang masuk. Cara kerja dari rangkaian CCTV ini dengan cara jika anda menelepon alat atau rangkaian yang dibuat ini, maka panggilan akan segera diterima dengan baik oleh handphone tersebut sehingga anda sendiri bisa langsung mendengarkan keadaan dengan mengandalkan suara di dalam ruangan tersebut menggunakan microphone yang terdapat di handphone.

Jika Handphone tersebut tidak mendapat jawaban ketika ada panggilan yang masuk akibat tidak ada orang yang mendengar, maka dibutuhkan alat tambahan yang bisa menjawab langsung pangilan tersebut. Komponen mikrokontroler sebagai jawabannya. Demikian penjelasan singkat tentang rangkaian CCTV, semoga artikel ini dapat berguna dan bermanfaat bagi anda semua. Baca juga artikel menarik lainnya, seperti Rangkaian Sensor Ultrasonik, Rangkaian Multivibrator dan Rangkaian AVR.

Rangkaian Sensor Ultrasonik

Rangkaian Sensor Ultrasonik merupakan rangkaian yang menggunakan gelombang dengan frekuensi gelombang diatas gelombang suara dimana lebih dari 20 KHz. Rangkaian sensor ultrasonik sendiri terdiri dari rangkaian pemancar ultrasonik atau biasa disebut dengan rangkaian transmitter dan juga receiver yang bertugas menerima sinyal. Sinyal ultrasonik sendiri akan dipancarkan dari transmitter. Ketika sinyal mengenai sebuah benda, sinyal tersebut akan langsung dipantulkan dan langsung diterima oleh receiver. Sinyal tersebut akan dikirimkan oleh receiver ke rangkaian mikrokontroler.

Rangkaian Sensor Ultrasonik

Cara kerja dari rangkaian sensor ultrasonik adalah :


Sinyal akan dipancarkan oleh rangkaian pemancar ultrasonic atau transmitter. Sinyal tersebut sendiri memiliki frekuensi diatas 20 kHz. Sinyal ini akan di bangkitkan oleh transmitter. Sinyal tersebut akan merambat dengan kecepatan bunyi yang berada di kisaran 340 m/s. Sinyal ini akan dipantulkan dan langsung diterima oleh reciever. Setelah sampai di receiver, sinyal akan diproses dengan menggunakan rumus :

S = 340.t/2


S : jarak antara transmitter dan bidang pantul
t : selisih waktu antara gelombang ultrasonik ketika diterima.

PEMANCAR ULTRASONIK (TRANSMITTER)
Transmitter ini merupakan rangkaian yang bertugas untuk memancarkan sinyal sinusoidal dengan menggunakan transducer transmitter ultrasonik

PENERIMA ULTRASONIK (RECEIVER)
Rangkaian Penerima Ultrasonik atau biasa disebut receiver ini bertugas menerima sinyal ultrasonik yang dipancarkan transmitter. Sinyal tersebut akan diterima dengan melalui proses filterisasi frekuensi yang menggunakan rangkaian band pass filter atau biasa disebut rangkaian penyaring pelewat pita, dengan besaran frekuensi yang telah ditentukan. Sinyal output tersebut akan dikuatkan ke rangkaian komparator yang besaran frekuensinya telah ditetapkan.

Sinyal yang diterima oleh receiver akan melalui rangkaian transistor penguat Q2. Lalu sinyal akan di filter oleh High pass filter dengan kisaran frekuensi > 40kHz. Setelah itu sinyal akan diarahkan oleh rangkaian dioda D1 dan juga diode D2. Sinyal akan dialirkan ke filter low pass filter di frekuensi < 40kHz ( C4 dan R4 ). Lalu sinyal akan mengalir ke komparator Op Amp.

Demikian penjelasan singkat mengenai rangkaian sensor ultrasonik, semoga rangkaian kali ini dapat berguna dan bermanfaat bagi anda semua. Baca juga artikel menarik lainnya, seperti Rangkaian Multivibrator, Rangkaian AVR, Rangkaian Mesin Motor dan Rangkaian Lampu Blitz.